Jumat, 09 Mei 2014

Jenis-jenis Kesalahan Saat Installasi Sistem Operasi Open Source

Kerusakan master boot record atau tabel partisi

Hard disk terdiri atas MBR (Master Boot Record), tabel partisi lalu diikuti oleh partisi-partisi sejumlah yang dibuat oleh user. Kerusakan pada MBR dan/atau tabel partisi bisa menyebabkan sistem operasi tidak bisa di-boot atau satu atau lebih partisi terlihat seperti hilang. Hal ini hanya “kelihatannya” karena sebenarnya par­tisi dan data di dalamnya masih ada. Penyebab kerusakan MBR bisa bermacam-macam. Misalnya, saat Anda meng-­install Windows setelah Anda meng-ins­tall Linux, sehingga sistem Windows saja yang bisa di-boot. Contoh lainnya  bisa juga saat Anda melakukan suatu kecerobohan saat menjalankan perintah:
# dd if=/dev/zero of=/dev/sda bs=1 count=512 Perintah di atas akan melakukan penulisan angka 0 (nol) sebanyak 512 byte mulai dari sektor pertama hard disk kita. Ini adalah lokasi tempat MBR dan tabel partisi diletakkan. Secara visual, pesan kesalahan yang mungkin muncul di layar monitor akibat permasalahan semacam ini adalah sebagai berikut.

FATAL: No bootable device

Untuk mengatasi masalah tersebut, masukkan CD System Rescue ke drive CD/DVD. Tekan [Enter] saat muncul layar pembuka agar System Rescue bisa memulai proses booting seperti layaknya sistem Linux pada umumnya. Begitu tampil prompt, bersiaplah memulai proses pe­nyelamatan. Pertama, kita jalankan program Testdisk untuk mengembalikan tabel partisi. Ketik pada prompt: (catatan: prompt pada System Rescue CD menggunakan tanda “%”) root@sysresccd /root % testdisk Akan nampak tiga pilihan, yaitu Crea­te, Append, dan No Log. Opsi Create dipilih untuk menciptakan file log baru. File ini sebenarnya berisi catatan prosedur-prosedur yang dilaksanakan selama proses recovery partisi. Pada layar berikutnya akan ditanyakan nama device hard disk yang akan dianalisis. Dalam hal ini, penulis memilih /dev/sda karena targetnya adalah hard disk primary master. Apabila Anda memiliki lebih dari satu hard disk, pastikan terlebih dahulu nama hard disk yang dipilih benar yang ingin di-recover. Hal ini bisa dicek sebelumnya di shell misalnya dengan pe­rintah:
Siap digunakan saat booting Beberapa fungsi dalam System Rescue CD bisa langsung Anda jalankan, saat sistem Linux masuk salah satu tahapan booting.% dmesg| grep -C 2 ‘[sh]d[a-z]’ scsi 0:0:0:0: Direct-Access     ATA      QEMU HARDDISK 0.10 PQ: 0 ANSI: 5 sd 0:0:0:0: [sda] 10485760 512-byte logical blocks: (5.36 GB/5.00 GiB) Dari output di atas jelas terlihat bahwa ada satu hard disk  (sda) berukuran 5 GB. Setelah Anda memilih nama device dan menekan [Enter], layar berikutnya akan menampilkan informasi jumlah sektor yang terdeteksi. Pilih Continue karena layar ini sekadar informasi saja. Pada layar berikutnya, Anda akan ditanyakan mengenai jenis format partisi. Kebanyakan dari kita menggunakan sistem IBM PC Compatible. Jadi, pilihlah Intel. Namun, jika Anda menggunakan format lain, misalnya hard disk Mac, Anda perlu memilih tipe yang sesuai. Tekan [Enter] untuk menuju layar berikutnya. Sekarang Anda bisa memulai tahap recovery sebenarnya. Pilih Analyse lalu tekan [Enter]. Layar berikutnya akan menampilkan daftar partisi yang ditemukan. Tentu saja saat ini masih kosong. Pilih menu Quick Search dan tekan [Enter] sekali lagi. Akan muncul dialog yang menanyakan apakah Anda akan memperbaiki partisi yang dibuat oleh Windows Vista. Apabila memang ada partisi yang ada buat lewat Vista, jawab  dengan Y. Untuk ilustrasi, penulis memilih N karena dianggap semua partisi dibuat oleh sistem Linux. Proses deteksi akan dimulai dan hasilnya adalah seperti berikut ini. Disk /dev/sda – 5368 MB / 5120 MiB – CHS 652  255  63 Partition  Start End Size in sectors * Linux           0        1    1  318 254 63 5124672 [/] Linux Swap      319      0    1  383 254 63 1044225 Linux LVM       384      0    1  416 254 63 530145 Linux LVM       417      1    1  449 254 63 530082 Linux LVM       450      1    1  482 254 63 530082 Luangkan waktu beberapa saat untuk mengecek temuan Testdisk. Pilih tiap-tiap partisi yang ditemukan, lalu lihat keterang­an di baris terbawah layar. Di sana akan terlihat format file system (jika sudah diformat) beserta ukurannya. Contohnya, untuk partisi pertama didapatkan informasi: EXT3 Large file Sparse superblock, 2623 MB / 2502 MiB Masih kurang yakin? Anda bisa melihat file-file apa saja yang tersimpan di dalam partisi tersebut. Sorot partisi yang diinginkan dan tekan [P]. Kini Anda bisa melihat struktur file dan direktori di da­lamnya. Setelah selesai, tekan [q] dan Anda akan kembali ke layar daftar partisi. Setelah Anda yakin semua partisi telah ditemukan, tekan [Enter]. Layar berikutnya akan menanyakan apakah akan dilakukan pencarian lebih teliti lewat Deep­er Search atau langsung menuliskan daftar partisi ke hard disk. Di sini diasumsikan penulisan langsung dilakukan ke hard disk, sehingga dipilih Write. Pada layar konfirmasi, tekan [Y] dan penulisan akan dilakukan. Akan muncul pesan yang meminta Anda melakukan reboot komputer. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan BIOS dan sistem operasi Anda membaca tabel partisi yang tadi baru saja ditulis. Kembali ke menu utama, pilih Quit. Lakukan reboot lewat prompt shell de­ngan mengetik: % reboot Keluarkan CD System Rescue dan biarkan hard disk di-booting. Bagaimana hasilnya? Mungkin saja tidak tampak tampilan menu bootloader, seperti GRUB atau LILO, dan sistem masih belum bisa di-boot. Jadi, apa yang kurang? Program Testdisk hanya mengembalikan tabel partisi yang terhapus, tetapi tidak mengembalikan instalasi bootloader seperti sedia kala. Untuk itu, kali ini kita perlu menuliskan program loader kembali ke MBR. Ada beberapa cara, dan kali ini akan dibahas salah satunya yang relatif praktis. Booting kembali System Rescue Linux dan prompt awal, ketik perintah grubdisk. Akan muncul pilihan awal kurang lebih seperti ini: Boot Ubuntu Gnu/Linux AUTO MAGIC BOOT Pilih Auto Magic Boot. Program akan mendeteksi daftar sistem operasi yang bisa di-booting. Pada kasus penulis, layar akan menampilkan: Boot Ubuntu Gnu/Linux AUTO MAGIC BOOT Linux 2.6.18-128.el5 Linux 2.6.18-128.el5 (single-user mode) Other OS Ini sudah sesuai dengan entry yang penulis harapkan. Hasil yang Anda dapatkan tentunya bisa berbeda. Di sini, penulis memilih Linux 2.6.18-128.el5 dan menekan [Enter] untuk masuk ke sistem Cent­OS. Apabila tidak ada masalah, booting akan berjalan normal sampai dengan muncul layar login, entah itu di mode teks atau grafis. Masukkan user dan password dari root. Dari prompt, ketik:
Gagal booting Pesan seperti ini bisa menandakan bahwa Master Boot Record mengalami kerusakan.# grub-install /dev/hda Apabila tidak ada masalah, akan tampil lapor­an seperti berikut ini. Installation finished. No error reported. This is the contents of the device map /boot/grub/device. map. Check if this is correct or not. If any of the lines is incorrect, fix it and re-run the script ‘grub-install’. # this device map was generated by anaconda (hd0)     /dev/hda Kali ini digunakan nama device hda karena CentOS mendeteksi hard disk dengan nama berbeda. Untuk mengetahuinya, gunakan perintah dmesg sama seperti saat kita menentukan nama hard disk yang menjadi target operasi Testdisk. Sekarang Anda tinggal me-reboot komputer sekali lagi. Pastikan booting dilakukan dari hard disk…dan sim salabim!. Menu GRUB telah kembali dan Linux kembali bisa dibooting dengan normal! Kegagalan mount akibat kerusakan superblock Biasanya kegagalan seperti ini tidak terlalu jelas. Misalnya, Anda melakukan operasi mount, bisa muncul output seperti berikut ini. # mount -v /dev/sda1 /mnt/disk mount: you didn’t specify a filesystem type for /dev/ sda1 I will try all types mentioned in /etc/filesystems or /proc/filesystems Trying # Trying #vfat Trying fuseblk mount: you must specify the filesystem type Atau jika partisi yang dimaksud adalah partisi yang ditempati oleh file-file bootloader (GRUB dalam hal ini), bisa jadi Anda mendapat pesan saat booting seperti berikut ini. Booting from Hard Disk… GRUB Loading stage1.5. GRUB loading, please wait… Error 17 Ini adalah tanda-tanda adanya ketidakberesan pada struktur filesystem. Kenapa ini bisa terjadi? Superblock adalah sektor-sektor pada suatu disk yang berisi informasi mengenai suatu partisi, misalnya kapan terakhir kali partisi di-mount, jumlah inode, keterangan lokasi data, dan seterusnya. Superblock juga merupakan area yang dibaca oleh program “mount” saat proses mounting. Jadi, jika terjadi corrupt pada sebagian atau keseluruhan isi superblock, bisa ditebak proses mount akan gagal. Alhasil, keseluruhan filesystem gagal diakses. Untuk meyakinkan akar masalah, boot System Rescue CD dan lakukan pe­ngecekan dengan perintah fsck: % fsck -p /dev/sda1 fsck from util-linux-ng 2.16.1 fsck.ext2: Bad magic number in super-block while trying to open /dev/sda1 /dev/sda1: The superblock could not be read or does not describe a correct ext2 filesystem.  If the device is valid and it really contains an ext2 filesystem (and not swap or ufs or something else), then the superblock is corrupt, and you might try running e2fsck with an alternate superblock: e2fsck -b 8193 <device> Adanya pesan di atas membuktikan bahwa ada suatu masalah di superblock. Jalankan ulang perintah fsck seperti berikut untuk mencoba membenahinya: % fsck.ext3 -b 8193 /dev/sda1 e2fsck 1.41.9 (22-Aug-2009) fsck.ext3: Bad magic number in super-block while trying to open /dev/sda1 Gagal lagi! Penyebabnya sangat dimungkinkan karena kita salah memberikan posisi superblock cadangan lewat parameter -b. Sebagai catatan, file system seperti ext3 menyimpan beberapa superblock cadangan pada posisi sektor-sektor tertentu. Sekarang tugas kita adalah mencoba mencarinya. % mkfs.ext3 -j -n /dev/sda1 mke2fs 1.41.9 (22-Aug-2009) Filesystem label= OS type: Linux Block size=4096 (log=2) Fragment size=4096 (log=2) 160320 inodes, 640584 blocks 32029 blocks (5.00%) reserved for the super user First data block=0 Maximum filesystem blocks=658505728 20 block groups 32768 blocks per group, 32768 fragments per group 8016 inodes per group Superblock backups stored on blocks: 32768, 98304, 163840, 229376, 294912 Opsi -n mengatur agar perintah mkfs melakukan simulasi, jika seandainya terjadi operasi format yang sebenarnya. De­ngan demikian, Anda tidak perlu khawatir data akan hilang (tentu saja, jangan lupa menuliskan opsi -n). Angka yang dicetak tebal adalah posisi sektor yang kita cari. Kita lakukan sekali lagi fsck: % fsck.ext3 -b 32768 -p /dev/sda1 Opsi -p dipakai agar fsck melakukan perbaikan secara otomatis tanpa banyak menanyakan konfirmasi ke user. Akan muncul rentetan output semacam ini: /: Inode 546969, i_blocks is 576, should be 568.  FIXED. /: Inode 546971, i_blocks is 1280, should be 1272. FIXED. /: Inode 546974, i_blocks is 1792, should be 1784 .  FIXED. Dan kemungkinan diakhiri dengan: /: UNEXPECTED INCONSISTENCY; RUN fsck MANUALLY. (i.e., without -a or -p options) Kita ulangi sekali lagi perintah fsck, tetapi tanpa parameter apapun: % fsck /dev/sda1 Jika Anda menghadapi banyak pertanyaan yang menuntut Anda mengetik y (setuju), Anda bisa mempercepat proses dengan menekan [Ctrl]+[C] untuk menghentikan proses cek. Lalu, gu­nakan opsi -y pada perintah fsck agar semua pertanyaan langsung disertakan dengan ‘y’.
Recover tabel partisi dengan testdisk Partisi hard disk hilang? Program Testdisk mungkin dapat menemukannya (menyelamatkannya) kembali.

Recovery data pada bad sector

Hard disk yang sudah berumur atau memiliki cacat dari pabrik, lambat laun akan memiliki bad sector (sektor rusak). Secara singkat, bad sector bisa diibaratkan lubang pada jalan raya. Hal ini mengakibatkan penyimpanan data menjadi tidak sempurna atau kadang data menjadi tidak bisa diakses sama sekali. Dalam ke­adaan ini, Anda punya beberapa alternatif tindakan, tetapi biasanya yang paling banyak disarankan adalah melakukan penduplikasian data ke hard disk berbeda atau media penyimpanan lain secepatnya. Mengapa demikian? Ada dua alasan: ->Apabila kita menyalin ke disk yang sama (sekalipun beda partisi), dikhawatirkan akan muncul bad sector juga cepat atau lambat. Dengan kata lain, hard disk yang memiliki suatu bad sector dianggap potensial untuk memiliki kasus serupa di sektor yang lain. ->Tidak ada jaminan bahwa proses perbaikan bad sector akan berjalan 100% tanpa kesalahan. Bisa saja selama perbaikan, data justru menjadi makin tidak terselamatkan. Dengan begitu, Anda bisa saja kehilangan data lebih banyak. Penulis menyarankan untuk menyiapkan hard disk baru dengan ruang kosong minimal sama dengan besarnya partisi yang akan diselamatkan datanya. Pasang hard disk ini pada sambungan kabel IDE atau SATA yang kosong, atau bisa juga diset sebagai slave. Usahakan melakukan pe­masangan komponen komputer dengan meminimalkan listrik statis, misalnya dengan menggunakan gelang antilistrik statis. Setelah hard disk kedua terpasang, boot System Rescue Linux hingga prompt muncul. Kita anggap di sini partisi yang bermasalah adalah /dev/sda1, sementara backup dilakukan pada /dev/sdb1 yang kita mount sebagai /mnt/backup. Program yang akan kita pakai adalah perintah ddrescue seperti berikut ini. % mount /dev/sdb1 /mnt/backup % ddrescue -S -d /dev/sda1 /mnt/backup/backup.img Press Ctrl-C to interrupt rescued:     2623 MB,  errsize:       0 B,  current rate :   29491 kB/s ipos:     2623 MB,   errors:       0,    average rate: 14557 kB/s opos:     2623 MB,     time from last successful read: 0 s Finished Di sini digunakan dua opsi: -S untuk menghasilkan sparse file, yaitu suatu file yang memiliki “lubang”. Dengan cara ini, ukuran file sebenarnya bisa lebih kecil dari ukuran partisi yang diselamatkan karena data ditulis hanya sebesar data yang diselamatkan. -d untuk melakukan pembacaan secara direct access. Apa maksudnya? Pembacaan data akan dilakukan dengan mengabaikan beberapa mekanisme tertentu di filesystem, khususnya caching. Hasilnya pembacaan relatif selesai lebih cepat dan data yang dibaca bisa digaransi langsung berasal dari fisik disk. Hasilnya adalah suatu file image yang berisi data-data Anda. Ini bisa dibuktikan dari perintah file: % file /mnt/backup/backup.img /mnt/backup/backup.img: Linux rev 1.0 ext3 filesystem data (large files) Tipe filesystem tentunya akan sesuai dengan format yang Anda pakai, jadi bisa saja ini berupa reiserfs, XFS, FAT32 dan seterusnya. File ini lalu bisa Anda mount untuk mengakses data-data di dalamnya: % mkdir /mnt/test % mount -o loop /mnt/backup/backup.img /mnt/test Mungkin tidak semua file bisa terbaca dengan baik di dalam direktori /mnt/test. Ini adalah risiko, tetapi ini lebih baik daripada data tidak bisa dibaca sama sekali. Terakhir, kita coba perbaiki disk kita yang berisi bad sector: % fsck -cc -k /dev/sda1 Pengecekan pada dasarnya dilakukan de­ngan melakukan proses baca tulis (opsi -cc) tanpa merusak data yang ada. Opsi -k akan mengatur perintah fsck melakukan update daftar bad sector (jika ada) di meta­data file system. Hal ini akan mencegah penulisan data di masa depan pada sektor yang sama. Namun, jika bad sektor sudah sedemikian banyaknya, disarankan untuk tidak lagi memakai disk tersebut.

sumber : http://dea.meximas.com/tugas-sistem-operasi/jenis-jenis-kerusakan-saat-instalasi-sistem-operasi-open-source/

Membangun server berbagi data (file dan printer)

Mungkin tulisan ini terlalu “jadul” terutama bagi teman-teman di SMK Teknik Informatika dan Komputer. Tapi menurut saya gak salah jika saya sharing di sini, mengingat teman-teman guru sering bertanya bagaimana cara mentransfer data dari satu laptop ke laptop lain, kalau gak ada flashdisk? Mungkin ini pertanyaan sederhananya. Hal ini sering terjadi kalau sudah ada pelatihan-pelatihan pembelajaran, narasumber memberikan file untuk dibagi pada peserta pelatihan, tetapi flashdisknya cuma satu. Jadi antre deh. Dengan mempraktekkan tutorial ini kejadian seperti di atas gak terulang lagi.
Sebenarnya bukan hanya transfer data saja yang memungkinkan untuk dilakukan jika sudah terkoneksi antara satu laptop dengan laptop yang lain. Sharing pemakaian printer dan internetpun dapat dilakukan, terlebih jika laptop memiliki fasilitas Wifi atau Wireless.
Baiklah, untuk mempersingkat waktu, to the point aja. Langkah persiapan yang akan kita lakukan adalah mempersiapkan laptop yang akan dikoneksikan. Paling sedikit harus ada 2 laptop yang harus disediakan, jika lebih dari 2 lebih baik. Salah satu laptop dijadikan sebagai PC yang mentransfer data, mensharing printer, dan mensharing internet. Laptop ini kita asumsikan menggunakan sistem operasi MS. Windows 7. Jika menggunakan Windows XP atau Windows 8 gak masalah, prinsip cara konfigurasinya hampir sama. Untuk menyamakan persepsi, saya gambarkan topologinya sebagai berikut:
.
0. topologi.
A. SETTING IP ADDRESS DAN JARINGAN WIRELESS
.
Untuk mengkoneksikan kedua laptop ini, kita memanfaatkan fasilitas Wifi atau Wireless-nya, bukan menggunakan kabel karena gak praktis tentunya. Laptop A kita setting sebagai Access Point, atau istilah umumnya Pemancar. Sementara laptop B atau laptop lainnya jika ada, sebagai penerima. Model koneksi ini biasa disebut Ad-hoc Connection.
Tahap pertama kita melakukan setting pada Laptop A, dengan cara sebagai berikut:
  1. Pastikan fasilitas Wifi Laptop A dalam keadaan Enable atau On.
  2. Klik menu [Start] >> [Control Panel]
    .
    a2. start-cp
    .
  3. Pada halaman Control Panel, klik [View network status and task].
    .
    a3. view network
    .
  4. Pada jendela sebelah kiri, klik [Manage wireless networks].
    .
    a4. manage wireless
    .
  5. Pada jendela Manage wireless, klik [Add] untuk membuat jaringan wireless yang baru.
    .
    a5. add wireless network
    .
  6. Lalu pada jendela selanjutnya klik [Create an ad hoc network] >> [Next].
    .
    a6. setup wireless adhoc
    .
  7. Pada jendela berikutnya, isikan sebagai berikut:
    .
    1. Pada Network name : bebas anda menentukan nama network, pada contoh ini saya beri namaSharing
    2. Security type :  ada 3 opsi pilihan jenis keamanan jaringan, pada contoh ini saya pilih WEP
    3. Security key :  kode keamanan di sini saya ketikkan 12345. Jika anda menggunakan No authentication (Open) pada Security type, maka kode Security key tidak digunakan. Fungsi security key di sini untuk otentikasi bagi laptop lain yang ingin terhubung ke laptop anda.
    Jika perlu anda beri tanda ceklist pada kotak [Save this network] untuk menyimpan jaringan Wifi yang sudah kita buat. Selanjutnya pilih tombol [Next] >> [Close] untuk menutup Setup jaringan Wifi yang sudah dibuat.
    .
    a7. network name.
  8. Pada jendela Manage wireless yang masih terbuka, klik tombol [Back to Network and Sharing Center (ß)] yang terdapat di pojok kiri atas untuk kembali ke halaman sebelumnya.
    .
    a8. back to network and sharing center
    .
  9. Selanjutnya pada jendela sebelah kiri, klik [Change adapter settings] untuk mengatur mengkonfigurasi IP address.
    .
    a9. change adapter settings
    .
  10. Berikutnya akan tampil jendel Network Connections. Klik kanan pada interface [Wireless Network Connection] >> [Properties].
    .
    a10. setup lan card.
    .
  11. Pada jendela selanjutnya pilih tab [Networking] >> [Internet Protocol Version 4 (TCP/Ipv4) >> [Properties].
    .
    a11. lan card properties
    .
  12. Selanjutnya isikan alamat IP address Wireless interfaces : 192.168.10.1 dan Subnet mask : 255.255.255.0, seperti pada gambar berikut ini, lalu pilih tombol [OK] >> [Close].
    .
    a12. ip address
    .
    Sampai di sini setting interface wireless pada Laptop A selesai dilakukan.
    .
  13. Selanjutnya tahap kedua, kita menyetting Laptop B. Tampilkan kembali jendela Network Connection seperti yang sudah dibahas pada langkah sebelumnya, lalu klik kanan pada interface [Wireless Network Connection] >> [Properties].
    .
    a10. setup lan card
    .
  14. Pada jendela selanjutnya pilih tab [Networking] >> [Internet Protocol Version 4 (TCP/Ipv4) >> [Properties].
    .
    a11. lan card properties
    .
  15. Selanjutnya isikan alamat IP address 192.168.10.2. Ingat, tiga kelompok angka yang pertama harus sama antara Laptop A dengan Laptop B atau PC lainnya yaitu 192.168.10. Ketiga kelompok angka ini disebut Net ID. Sedangkan untuk angka terakhir tidak boleh sama, mulai dari 2 hingga 254. Yang penting jangan pakai angka 1, karena sudah digunakan oleh Laptop A, yaitu 192.168.10.1. Dalam contoh ini, alamat IP address pada Laptop B adalah 192.168.10.2. Setelah diisi, lalu pilih tombol [OK] >> [Close].
    .
    a15. ip address laptop b
    .
Sampai di sini setting IP address pada interface wireless Laptop B selesai dilakukan.
.
.
B. SHARING/BERBAGI DATA DAN KONEKSI KE JARINGAN WIRELESS
.
Sebelum data di-sharing dari Laptop A ke Laptop B, terlebih dahulu kita aktifkan fitur sharing dan atribut lainnya melalui fitur Advanced Sharing di Laptop A. Tujuannya agar data yang di-sharing dari Laptop A dapat diakses dari laptop lainnya.
  1. Buka kembali jendela Network and Sharing Center, seperti yang sudah dibahas pada langkah di atas, lalu pilih [Change advanced sharing] pada jendela sebelah kiri.
    .
    b1. change sharing setting
    .
  2. Selanjutnya pada jendela Advanced sharing settings, buat konfigurasi seperti gambar berikut, kemudian akhiri dengan memilih tombol [Save changes].
    .
    b2. turn on file sharing
    .
  3. Sampai di sini tahap konfigurasi advanced sharing pada Laptop A selesai dilakukan. Selanjutnya kita sharing folder berisi file/data pada Laptop A sehingga nanti dapat diakses dari Laptop B. Persiapkan file yang akan disharing. Dalam contoh ini, saya akan mensharing folder bernama “Tutorial” yang ada di drive D. Pastikan folder yang akan disharing ini berisi file-file yang akan diakses dari Laptop B.
    .
  4. Buka Windows Explorer >> klik pada Drive Local Disk (D:) di sisi sebelah kiri >> klik kanan pada salah satu folder yang ada di sisi sebelah kanan, dalam contoh ini pada folder Tutorial >> [Share with] >> [Specific people…].
    .
    b4. sharing folder
    .
  5. Pada jendela File Sharing yang muncul, klik dropdown kotak user dan pilih “Everyone” >> [Add] >> [Share] >> [Done].
    .
    b5. share everyone
    .
  6. Tahap selanjutnya kita lakukan pada Laptop B. Laptop B ini akan mengakses jaringan Wifi yang sudah dibuat pada Laptop A sebelumnya. Dari jendela Network Connection, klik kanan interface [Wireless Network Connection] >> [Connect/Disconnect] >> klik tombol [Connect] pada nama jaringan Wifi yang tampak yaitu Sharing >> lalu ketikkan kode security angka 12345 di kotak Security key >> [OK]. Tunggu beberapa saat hingga muncul konfirmasi bahwa Laptop B telah terkoneksi ke jaringan Wifi dengan namaSharing.
    .
    b6. connect wifi
    .
  7. Setelah terhubung ke jaringan Wifi Sharing, maka di taksbar akan ditandai dengan perubahan bentuk ikon connection wireless seperti gambar berikut:
    .
    b7. wireless connect
    .
  8. Selanjutnya kita akses data yang sudah disharing oleh Laptop A. Caranya, klik menu [Start] di taksbar >> [All Programs] >> [Accessories] >> [Run]. Atau dengan cara lain, tekan tombol Windows pada keyboard bersama dengan tombol R (WINDOWS + R).
    .
    b8. run ip address
    .
  9. Pada jendela Run, ketikkan \\192.168.10.1 di kotak Open. Angka 192.168.10.1 adalah alamat IP address Laptop A. Kemudian pilih tombol [OK].
    .
    b9. akses ip address
    .
  10. Selanjutnya akan ditampilkan jendela Windows Explorer Laptop A. Di sini akan tampak bahwa folderTutorial sudah dapat diakses dari Laptop B. Kita tinggal double klik folder ini untuk mengakses data di dalamnya, yang selanjutnya dapat kita copy ke Laptop B.
    .
    b10. akses folder sharing
    .
  11. Sampai di sini tahap transfer data dari Laptop A ke Laptop B melalui jaringan wireless selesai dilakukan. Namun jika Laptop B tidak dapat mengakses folder sharing dan ditampilkan pesan seperti gambar di bawah ini, maka hal ini biasanya disebabkan karena fasilitas firewall pada Laptop A masih aktif.
    .
    b11. network error
    .
  12. Untuk itu, non aktifkan terlebih dahulu firelwallnya. Caranya, dari jendela Network and Sharing Center, klik [Windows Firewall] yang terdapat di sisi sebelah kiri paling bawah.
    .
    b12. non aktif firewall
    .
  13. Pada jendela Windows Firewall, klik [Turn Windows Firewall on or off] yang terdapat di sisi sebelah kiri.
    .
    b13. non aktifkan firewall
    .
  14. Pada jendela Cutomize Settings, pilih opsi [Turn of Windows Firewall (not recommended)] pada bagianHome or work dan Public network location settings >> [OK]. Jika nanti sudah bisa diakses data dari Laptop B, anda boleh kembali mengaktifkan firewall ini dengan memilih kedua opsi [Turn on Windows Firewall].
    .
    b14. turn op firewall
    .
  15. Setelah dinonaktifkan firewallnya, lakukan kembali seperti langkah (B.9) seperti di atas untuk mengakses folder yang sudah di-sharing.
    .
.
C. SHARING (BERBAGI) PRINTER

  1. Tahap berikutnya, kita akan share printer yang ada pada Laptop A agar bisa diakses dari Laptop B yang telah terhubung ke jaringan wifi. Kita asumsikan bahwa printer telah terpasang dan terinstall di Laptop A. Dari Laptop A, pilih menu [Start] >> [Device and Printers].
    .
    c1. printer device
    .
  2. Pada jendela Device and Printers, klik kanan jenis printer yang telah diinstall pada Laptop A. Di sini saya menggunakan printer Canon iP2700 series. Klik kanan pada [Canon iP2700 series (Copy 6)] seperti pada gambar, lalu pilih [Printer Properties].
    .
    c2. printer properties
    .
  3. Pada jendela Printer Properties, klik tab [Sharing] >> beri ceklist pada kotak Share this printer >> ketik nama printer share di kotak Share name atau biarkan default >> [Apply] >> [OK].
    .
    c3. sharing printer
    .
  4. Sekarang kita akses dari Laptop B. Untuk mengakses printer yang telah di-sharing oleh Laptop A, klik menu [Start] di taksbar >> [All Programs] >> [Accessories] >> [Run]. Atau dengan cara lain, tekan tombol Windows pada keyboard bersama dengan tombol R (WINDOWS + R).
    .
    b8. run ip address
    .
  5. Pada jendela Run, kembali ketikkan \\192.168.10.1 di kotak Open. Angka 192.168.10.1 adalah alamat IP address yang terdapat pada Laptop A. Kemudian pilih tombol [OK].
    .
    b9. akses ip address
    .
  6. Selanjutnya akan ditampilkan jendela Windows Explorer pada Laptop A. Di sini akan kita lihat kembali folder Tutorial dan jenis printer yang sudah dapat diakses. Untuk mengaktifkan printer, klik kanan pada printer Canon iP2700 series >> lalu pilih [Connect] dan [Open].
    .
    c6. akses printer
    .
  7. Untuk menggunaannya dari Laptop B, maka pada kotak dialog print saat mencetak dokumen pilihlah jenis printer ini di bagian Name printer. Biasanya ditandai dengan angka IP address di belakang nama printer.
    .
.
D. SHARING (BERBAGI) KONEKSI INTERNET
.
Tahap selanjutnya, kita akan mensharing koneksi internet dari Laptop A ke Laptop B. Jadi, asumsinya di sini, Laptop A telah terhubung ke internet melalui modem atau NIC (Network Interface Card). Dalam contoh ini, Laptop A telah terhubung melalui Modem USB. Di sini, modem telah terinstall dan telah dikonesikan ke internet.
  1. Untuk berbagi koneksi internet ini, maka dari Laptop A tampilkan kembali jendela Network Connectionseperti gambar berikut ini. Lalu klik kanan pada interface yang terhubung ke internet, dalam contoh ini adalah Wireless Terminal (EVDO Rev A USB Modem). Mungkin akan berbeda pada laptop anda, tergantung jenis modem anda tentunya.
    .
    d1. sharing modem
    .
  2. Pada jendela Wireless Terminal Properties yang muncul, klik tab [Sharing] >> beri ceklist kotak Allow other network users to connect through this computer’s Internet Connection >> [OK]. Lalu pada bagian Home networking connection, pilih [Wireless Network Connection] >> [OK] >> [Yes] >> [OK].
    .
    d2. allow sharing modem
    .
  3. Selanjutnya kita cek konfigurasi IP address pada interface wireless Laptop A. Tampilkan kembali jendelaNetwork Connection seperti yang sudah dibahas pada langkah sebelumnya, lalu klik kanan pada interface [Wireless Network Connection] >> [Properties].
    .
    a10. setup lan card
    .
  4. Pada jendela selanjutnya pilih tab [Networking] >> [Internet Protocol Version 4 (TCP/Ipv4) >> [Properties].
    .
    a11. lan card properties
    .
  5. Selanjutnya perhatikan bahwa IP address pada interface wireless Laptop A sudah berubah menjadi 192.168.137.1. Jika sudah demikian, berarti sharing internet modem sudah berjalan baik. Selanjutnya pilih [OK].
    .
    d5. ip address 137
    .
  6. Sekarang kita setting IP address pada Laptop B. Buka jendela Network Connection pada Laptop B, lalu klik kanan pada interface [Wireless Network Connection] >> [Properties].
    .
    a10. setup lan card
    .
  7. Pada jendela selanjutnya pilih tab [Networking] >> [Internet Protocol Version 4 (TCP/Ipv4) >> [Properties].
    .
    a11. lan card properties
    .
  8. Selanjutnya pada kotak dialog Internet Protocol Version 4 (TCP/Ipv4), pilih opsi [Obtain an IP address automatically] dan opsi [Obtain DNS server address automatically]. Selanjutnya pilih [OK] >> [OK].
    .
    d8. ip address obtain
    .
  9. Jika Laptob B sudah terkoneksi ke internet via modem Laptop A, maka ikon wireless pada taskbar di Laptop A dan B akan berubah seperti tampilan gambar berkut.
    .
    d9. ikon wireless
    .
  10. Selanjutnya dari Laptop B sudah dapat searching ke internet karena sudah mendapat sharing akses internet dari Laptop A.
    .
    koneksi internet

Sampai di sini, maka koneksi ke internet telah berjalan dengan baik. Demikialah tutorial “Sharing Data, Printer, dan Internet pada Windows 7”.

Sistem Operasi GNU Linux Server


Pengertian GNU

Apa itu GNU?
GNU akronim dari GNU's not Unix, merupakan sebuah project yang digagas olehRichard Stallman untuk membuat sistem operasi Unix-like yang berbasis semangat free Software.

dalam kamus wikipedianya,General Public License (disingkat GNU atau GPL) merupakan suatu lisensi perangkat lunak bebas yang aslinya ditulis oleh Richard Stallman untuk proyek GNU. Lisensi GPL memberikan penerima salinan perangkat lunak hak dari perangkat lunak bebas dan menggunakan copyleft untuk memastikan kebebasan yag sama diterapkan pada versi berikutnya dari karya tersebut. Versi terakhir lisensi ini, yaitu versi 2, dirilis tahun 1991. GNU lesser General Public License (LGPL) merupakan versi lain GPL, ditujukan untuk penggunaan beberapa software library.

Menurut pendangan FUI, GNU lebih kepada sebuah gerakan revolusi software dengan membuka source code dan menempatkan kebebasan penuh terhadap software tersebut.

sedangkan, 
GNU/Linux atau sering disingkat Linux adalah sistem operasi yang bersifat Open Source. Kernel (inti dasar sistem operasi) Linux dikembangkan pertama kali pada tahun 1991 oleh Linus Torvalds. Kernel Linux selanjutnya menggunakan utility dan library sistem operasi GNU yang telah dikembangkan sejak tahun 1983 oleh Richard Stallman. Maka selanjutnya Linux diberi nama alternatif GNU/Linux sebagai tanda bahwa Linux dikembangkan menggunakan lisensi publik GNU (GPL).
dan kalo disederhanakan jadinya :
GNU/Linux OS  →  GNU + Linux GNU/Linux OS  →  GNU.org (Richard M. Stallman) + Linus B.Torvals

GNU/Linux adalah Sistem Operasi utuh yang merupakan gabungan aplikasi-aplikasi, libraries dan tools hasil developing dari GNU Project dengan kernel Linux
 
 
Sumber :  http://1001belajarkomjar.blogspot.com/2014/05/sistem-operasi-gnu-linux-server.html

Sistem Operasi Windows Server

Sebagai sumber atau basic server aplikasi siapa tentu saja seperti apa yang sudah direkomendasikan oleh pembuatnya bahwa PC yang kita gunakan harus berbasis Sistem Operasi Windows Server. Adapun ketika kita memilih memakai OS yang lain semisal Win XP, Win 7 atau Linux, masih ditemukan beberapa kekurangan. Dan untuk masalah kekurangan-kekurangan ini akan penulis posting pada postingan selanjutnya.
Ada beberapa pilihan ketika kita hendak menggunakan OS windows server untuk menaruh aplikasi dan database SIADPA Plus kita. Berikut ini sekilas Perbedaan dan penjelasan masing-masing OS Win Server yang ada saat ini.
Windows NT Server
Windows NT Server adalah sistem operasi untuk server yang sistem operasinya 32 bit dari microsoft yang menjadi leluhur sistem operasi operasi windows 2000, windows XP, server 2003 dan windows Visata. sistem operasi tersebut pada awalnya mendukung beberapa platform mikroprosesor. windows NT server ini tidak di bngun dari MS-DOS mampu mengamati 4 GB.
SEJARAH
           Windows  NT sebenarnya dibangun dari puing-puing sisa pengembangan dari sistem operasi IBM 03/2 versi 3.0, Selanjutnya microsoft merekut beberapa orang pengembangan sistem operasi dari Digital Equipment corporation (DEC). tim pengembangan dikepalai oleh David Neilcutler, SR.
KELEBIHAN   1. Peningkatkan kapasitas server untuk melayani lebih simultan koneksinya. 2. Bebas dari kode 16 Bit milik MS-DOS 3. Peningkatkan kemampuan layanan server TCP/IP 4. Model keamanan berbasis domain penuh 5. Tool untuk mengintegrasikan Netware dan MeMonitoring jaringan
KEKURANGAN  1. Browser yang digunakan sebagai sistem dasar pada sistem perangkat bantu administrasi banyak  mengunakan Java script dan Active X. 2. Pengubahan Konfigurasi yang mendasar jarang dapat dilakukan dengan berhasil. 3. Dokumentasi online
Windows Server 2000   
Microsoft merilis windows 2000 pada 17 Febuari 2000 sebuah versi yang sebelumnya dikenal dengan sebutan NT 5,0 atau “NT.5,0″ versi 2000 ditujukan untuk dua pangsa pasaar yakni pangsa pasar workstation dan juga pangsa pasar server. Diantara fitur windows 2000 yang paling signifikan adalah active Directory, sebuah model jaringan pengganti jaringan NT domain yang menggunakan teknologi yang merupakan standar industri seperti Domain Name System (DNS) Light weight Directory Access Protocol (LDAP) dan kerberos untuk menghubungkan antara sebuah mesin ke mesin lainnya. Windows 2000 dapat memperbaruhi komputer yang sebelumnya menjalankan windows 98, windows 2000 tidak lah dianggap sebagai prodok yang cocok untuk rumahan, alasannya bnyak diantaranya adalah kurangnya device driver untuk banyak penggunaseperti pemindai (Scanner) dan juga pencetak (Printer) pada saat di liris windows 2000 tersedia dalam enam edisi yakni. 1. Windows 2000 Professional 2. Windows 2000 Server 3. Windows 2000 Advanced Server 4. Windows 2000 Datacenter Server 5. Windows 2000 Advanced Server limited Edition 6. Windows 2000 Datacenter Server Limited Edition
Windows Server 2003
Pada tanggal 24 April 2003 microsoft windows server 2003 sebuah pembaruan untuk sistem operasi windows 2000 server yang menawarkan bbanyak fitur-fitur keamanan yang baru, pemadu ” Manage your server Wizard” yang menyederhanakan peranan sebuah mesin yang menjalankannya dan juga peningkatkan kinerja, windows server 2003 mengunakan kernel windows NT versi 5.2. Di dalam windows server 2003, beberapa layanan yang tidak terlau dibutuhkan didalam lingkungan server dinonaktifkan secara default “Windows Audio” dan “Themes” pada bulan Desember 2005, Microsoft merilis windows server 2003 R 2. yang merupakan windows server 2003 server pick 1 ditambahkan dengan beberapa paket tambahan diantara semua fitur-fitur barunya adalah fitur-fitur manajemen untuk kantor-kantor cabang dan integrasi identitas yang luas. Windows 2003 tersedia dalam lima buah edisi:
  1. Windows 2003 Web Edition
  2. Windows 2003 Standard Edition
  3. Windows 2003 Enterprise Edition
  4. Windows 2003 Datacenter Edition
  5. Windows 2003 Small Business Server
Windows Server 2008
Windows server 2008 adalah sebuah versi baru windows server, yang jadwalkan untuk diliris pada tanggal 27 febuari 2008. Pada saat pengembangannya windows server memiliki nama kode “Windows Server Codenamed longhorn”. Windows Server 2008 dibangun diatas beberapa keunggulan teknologi dan keamanan yang pada awalnya diperkenalkan dengan windows visata dan ditujukan agar bisa lebih modular secara signifikan ketimbang pendahulunya windows server 2007.

Perbedaan Switch, Hub, Router, Bridge, dan Repeater

1. Switch

Switch adalah perangkat jaringan komputer yang berfungsi sebagai konektor / penghubung . Dilihat dari fungsinya , terlihat mirip dengan Hub . Perbedaan kedua alat ini adalah soal besaran luas jaringan yang dapat dikerjakan dan besaran kecepatan transfer data . Switch memiliki cakupan luas jaringan yang lebih besar dari Hub , dan Switch juga memiliki kecepatan yang lebih tinggi dibanding dengan Hub . Sampai saat ini besaran kecepatan transfer data tertinggi Hub adalah 100 Mbps . Sementara Switch telah dikembangkan untuk dapat melakukan fungsinya dengan kecepatan diatas 100 Mbps . Bahkan ada yang hampir mendekati kecepatan 1Gbps . Perbedaan Switch dan Hub juga terletak di tempat keduanya  bekerja . Switch bekerja pada Layer 2 dan Layer 3 . Sementara Hub bekerja pada Layer 1 . Switch bekerja berdasarkan alamat MAC pada NIC ( Network Interface Card ) . Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemana paket data itu akan dikirim dan diterima . Sistem ini juga dibentuk agar tidak terjadi tabrakan pada jalur pengiriman data (collision ) antara port satu dengan yang lain . 
2. Hub

Hub adalah bentuk sederhana dari Switch . Hub digunakan untuk jaringan sederhana . Cara kerja Hub adalah menyalin paket data dari sumber yang terkoneksi pada suatu port dan mentransferkannya ke seluruh port yang tersambung pada Hub . Saat ini Hub sudah mulai ditinggalkan karena berbagai kelemahan seperti jangkauan , kecepatan transfer data , dan resiko loss data , yang membuat Switch lebih diminati. 

3. Router

Router juga merupakan penghubung dalam jaringan komputer . Sama seperti Hub dan Switch , Router juga berfungsi sebagai alat untuk mentransfer paket data dari satu port ke port yang lain . Perbedaannya adalah , Switch dan Hub cenderung digunakan sebagai penghubung dalam jaringan lokal / LAN ( Local Area Network ) , sementara Router dibuat sebagai alat perluasan dari jaringan LAN ke jaringan WAN dan MAN . Router digunakan dalam  jaringan berbasis teknologi protokol TCP/IP . Router jenis ini disebut IP Router . Router digunakan untuk memperluas jaringan data yang kecil ke jaringan yang luas . Contohnya dari jaringan LAN , oleh Router diperluas menjadi jaringan berbasis Internet . 

4. Bridge

          Berfungsi menghubungkan dua buah LAN yang sejenis, sehingga dapat memiliki satu LAN yang jauh lebih besar dari ketentuan konfigurasi LAN tanpa Bridge.Bridge dapat menghubungkan beberapa jaringan terpisah, baik tipe jaringan yang sama maupun berbeda (seperti Ethernet dan Fast Ethernet).Bridge dapat menghubungkan dua LAN yang kedua-duanya menggunakan metode transmisi baseband atau broadbrand ataupun LAN dengan baseband dan LAN dengan broadband atau metode akses CSMA/CD dengan token passing dan sebagainya bergantung pada jenis Bridge yang digunakan.

            5. Repeater 

              Alat yang berfungsi untuk memperkuat sinyal di dalam jaringan komputer.
Karakteristik Repeater
1.     Karakteristik REPEATER :
2.     Mempunyai kelemahan tidak dapat melakukan filter traffic jaringan.
3.     Data yang masuk ke port repeater akan tersebar ke segmen-segmen jaringan LAN tanpa memperhitungkan apakah data dibutuhkan atau tidak.

Konfigurasi Samba di Client

$ Client Windows

Masuk Ke Start  Control Panel System,
Lihat Workgroup harus disamakan dengan Linux Samba

Untuk melihat sharing file masuk ke Network Neighborhood



$ Client Linux

Install lineighborhood
   rpm –ivh linneighborhood*   -- instal program

Lihat dari Linneighborhood

$ smbclient //hostname/tmp
$ smbclient //hostname/mp3
$ smbclient //hostname/userkiri -U username

Sumber : http://1001belajarkomjar.blogspot.com/2014/05/konfigurasi-samba-di-client.html

Konfigurasi Samba di Server

$   Installasi Samba di Server

*    rpm –qa | grep samba
            samba-2.2.7a-8.9.0
            samba-swat-2.2.7a-8.9.0
            samba-common-2.2.7a-8.9.0
            samba-client-2.2.7a-8.9.0



*   Jika belum lengkap seperti diatas butuh CD Redhat dan Instal samba
rpm –ivh samba*

$   Konfigurasi Samba Server

#mv /etc/samba/smb.conf smb.org.conf
# vi /etc/samba/smb.conf
hapus semua tulisan yang ada ganti tulisan berikut ini
# ------------------------------------------------------
# Test smb.conf file
# mawi 2003-07-28
# ------------------------------------------------------
[global]
workgroup = TESTSAMBA-GRP
netbios name = TESTSAMBA
security = SHARE
[test]
path = /tmp/test
read only = no
guest ok = yes

Pastikan direktori dan file yang tershare punya mode rwxrwxrwx, jika belum lakukan :
# chmod 777 /tmp/test
#chmod 666 /tmp/test/nama_file

Restart samba
     service smb restart

Matikan iptables
     iptables -F





sumber :http://1001belajarkomjar.blogspot.com/2014/05/tugas-tgl-03-mei-2014-1.html

 

Copyright @ 2013 Aha-Software.